Beranda Tekno Bitcoin Koreksi Setelah Cetak ATH, Waktunya Buy The Dip!

Bitcoin Koreksi Setelah Cetak ATH, Waktunya Buy The Dip!

Ilustrasi (Jievani Weerasinghe / Unsplash)

NarasiTime.id – Minggu lalu menjadi perjalanan rollercoaster bagi investor Aset Kripto, karena Bitcoin (BTC) mencapai rekor tertinggi sepanjang masa sebesar USD73,000 pada Kamis (14/3), namun aksi profit-taking membawa Bitcoin turun hingga mencapai $64.600 pada hari Minggu (17/3).

Analisis menggunakan data Selasa (19/3) pukul 08:00 WIB

“Selasa (19/3) pagi pukul 08:00 WIB Bitcoin (BTC) bertengger di $67.010 setelah mengalami rejection di area resistance USD69.000 pada perdagangan Senin (18/3). Saat ini, BTC menunjukkan indikasi penurunan di bawah MA-20 dan potensi untuk melemah menuju sekitar area support di USD64.000 – USD64.500. Sementara, area support selanjutnya berada di angka USD60.000,” kata Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha, kepada NarasiTime.id melalui email.

Lebih lanjut Panji menjelaskan, “Setelah mencapai puncaknya pekan lalu, Bitcoin mengalami koreksi wajar dan momentum bullish pasti akan berlanjut setelah koreksi ini berakhir. Meski demikian, pentingnya untuk tetap mengikuti pergerakan pasar mengingat pasar Aset Kripto bergerak dinamis selama 24 jam setiap hari. Strategi yang dapat dipertimbangan saat ini adalah untuk ‘buy the dip’ Bitcoin (BTC) di area support guna untuk mendapatkan harga rata rata kepemilikan BTC yang rendah dan potensi memiliki jumlah Bitcoin lebih banyak, guna mempersiapkan potensi reli yang akan berlanjut hingga tahun 2025 nanti.”

Baca Juga :  Waspada di Tengah Ancaman Dunia Maya yang Memengaruhi Perempuan

Sementara, reli Ethereum (ETH) terhenti hingga harga ETH kembali turun di bawah $4.000 setelah berhasil mengimplementasikan peningkatan Dencun di jaringan utama (mainnet) pada Rabu (13/3).

Ethereum (ETH) mengalami penurunan 4,00% menjadi USD3.454 dalam 24 jam terakhir. Adapun, total kapitalisasi pasar Aset Kripto berada di level USD2,437 Triliun melemah sebesar 0,74% dalam 24 jam terakhir.

Sementara disisi lain, sejak pekan lalu Solana (SOL) terus memperlihatkan performa luar biasa dengan meraih harga $210 pada perdagangan Senin (19/3) sebelum akhirnya ikut melemah pada perdagangan hari ini, bertengger di USD191,80 turun 5,44% dalam 24 jam terakhir, namun terhitung masih naik sebesar 29,50% dalam periode 7 hari terakhir.

Performa positif Solana didukung dari melonjaknya perdagangan di decentralized exchange (DEX) Solana yang mencapai volume USD2,9 miliar, melampaui Ethereum akibat dari naiknya perdagangan memecoin seperti “Book of Meme (BOME)” dan “SNAP”. Prestasi ini menegaskan Solana sebagai platform blockchain yang banyak digunakan dengan pengaruh yang semakin besar di pasar kripto serta telah pulih dari keterpurukan pada 2022.

Baca Juga :  Bitcoin Cetak Rekor Harga Tertinggi Sepanjang Masa di USD72.800

Pekan ini

Konferensi Nvidia GPU technology conference (GTC) 2024 yang akan berlangsung dari 18 hingga 21 Maret akan diawasi dengan ketat untuk mengetahui pengumuman terkait AI yang juga berpotensi akan berdampak ke kripto berbasis teknologi Artificial Intelligence (AI) .

Kompleksitas proses hukum antara Ripple dan SEC berlanjut setelah batas waktu baru telah ditetapkan. Gugatan Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) terhadap Ripple memiliki tenggat waktu utama pada 22 Maret, ketika SEC akan mempresentasikan laporan singkat terkait perbaikannya.

Gugatan ini memiliki arti penting bagi komunitas XRP dan kemajuan gugatan tersebut kemungkinan besar akan memengaruhi ke mana arah altcoin selanjutnya dalam beberapa minggu mendatang.

Selanjutnya, laporan Ripple akan jatuh tempo pada 22 April, dan laporan balasan SEC pada 6 Mei. Adapun, Ripple juga akan menyelenggarakan Konferensi XRP Gold Coast, yang akan diadakan pada 22 hingga 24 Maret.

Baca Juga :  realme 12 Series 5G Bawa Kamera Telefoto Periskop, Harga Masuk Kelas Menengah

Pergerakan BTC berpotensi berfluktuasi seiring dengan adanya keputusan hasil pertemuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Open Market Committee (FOMC) yang dijadwalkan pada 19-20 Maret 2024.

Data indeks harga konsumen (IHK) dan indeks harga produsen (IHP) Amerika Serikat pekan yang lebih tinggi dari perkiraan pasar pada minggu lalu menyebabkan ketidakpastian untuk mencari petunjuk apapun mengenai prospek penurunan suku bunga bank sentral, ketahanan ekonomi AS, dan tanggapan perihal inflasi.

“Para pelaku pasar sedang mempertimbangkan ulang kapan dan seberapa besar penurunan suku bunga akan terjadi tahun ini, karena angka inflasi yang melebihi perkiraan pada pekan lalu. Sementara, hasil FOMC besok Rabu (20/3), terdapat 99% peluang The Fed kembali akan mempertahankan suku bunganya di kisaran 5,25%-5,50%. Adapun, potensi kemungkinan penurunan suku bunga 25 bps pada bulan Juni turun menjadi sekitar 50,7%, menurut Alat CME FedWatch,” ujar Panji. (*)

<< SebelumnyaKetua DPRD Rudy Susmanto Minta Pemkab Bogor Cukupkan Kebutuhan Beras untuk Masyarakat
Selanjutnya >>Songsong Era Kecerdasan Melalui Kehadiran Jaringan Otonom Tingkat Tinggi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini