Beranda Entertainment The Twins Film Pilihan Hari HAM dan Anti Korupsi di Bogor

The Twins Film Pilihan Hari HAM dan Anti Korupsi di Bogor

Nonton bareng produser Yusuf Priambodo (Pejuang Waktu)

NarasiTime.id – Masih dalam semangat Hari HAM dan Hari Anti Korupsi yang diperingati setiap tanggal 10 Desember.

Pejuang Waktu Cisadane Resik mengadakan pemutaran Film Twins dengan menghadirkan secara langsung Yusuf Priambodo, Jurnalis sekaligus Produser Serial DRAGON FOR SALE besutan dari Indonesia Baru.

Kegiatan ini dihadiri oleh para aktivis muda lingkungan hidup yang berasal dari internal Pejuang Waktu, SYAIR SMARUK, SMK Sirojulhuda 3, SMP Pangerasan, Mahasiswa Stikes, Mahasiswa Unram, Alhaya Center, dan Divisi bantuan Logistik Bencana Cisadane Resik Rescue.

Sutanandika, Moderator dalam Diskusi dan Pemutaran Film ini menyampaikan persoalan lingkungan adalah bagian dari Hak Asasi Manusia di Bidang Ekosob. Sebagai Kord.

Forum Cisadane Resik sekaligus Peneliti Publica, Lembaga Pusat Kajian Kebijakan Publik menyampaikan Setali tiga uang biasanya persoalan-persoalan lingkungan kadang bersinggungan erat dengan tudingan ada korupsi dalam prosesnya sehingga mulai dari Penyusunan Peraturan Perundangan, AMDAL, Perizinan sampai dengan penyimpangan saat pelaksanaan.

Puncaknya adalah merugikan public dan melanggar Hak Asasi Manusia.

Yusuf Priambodo produser Dragon For Sale (Pejuang Waktu)

Film THE TWINS bercerita dengan alasan melindungi komodo, Pulau Komodo hendak ditutup dan warganya akan dipindah. Padahal berabad-abad mereka hidup dengan komodo.

Benarkah reptil purba itu terancam oleh keberadaan manusia? Bagaimana dengan 200 ribu turis yang datang setiap tahun? Lalu setelah dipindah, siapa yang akan menguasai pulau itu?

Baca Juga :  Perkuat Atmosfer Perdamaian, Bima Arya Buka Pelatihan Mediasi Lintas Iman

Jumlah Penduduk menurut laman PPDI KHLK. Pada Pulau Komodo terdapat 1 Desa yaitu Desa Komodo (1.818 Jiwa) yang termasuk dalam Zona Khusus Pemukiman seluas 17,6 Ha, berdasarkan SK Dirjen PHKA Nomor: SK.21/IV-SET/2012 Tanggal 24 Februari 2012, di mana sekitar 68% masyarakatnya bermata pencaharian pada bidang usaha pariwisata mulai dari tour guide, pengelola homestay, kapal wisata, pengrajin patung maupun penjual souvenir.

Di Film tersebut dibandingkan sangat jauh dengan HGU Kawasan Wisata yang dipegang oleh segelintir orang yang terkait dengan kasus korupsi yang menjerat keluarganya.

Sedangkan pada Pulau Rinca terdapat 2 Desa yaitu Desa Papagarang (1.417 jiwa) dan Desa Pasir Panjang (1.607 jiwa) yang penduduknya bermata pencaharian utama sebagai nelayan.

Yusuf bercerita bahwa salah satu produksi serial dokumenter yang menguras energi dan air mata adalah Film ini.

Ia terharu bahwa masyarakat Pulau Komodo memiliki mitologi persaudaraan dengan komodo sebagai saudara kembar.

Saudara kadang bertengkar, namun harus saling memaafkan. Dalam Film ada salah satu segmen wawancara Ibu dari seorang anak yang tangannya putus digigit komodo.

Bahkan cucunya harus meninggal. Tapi dia tidak marah apalagi dendam. Komodo adalah saudara kembarnya manusia.

Segmen lainnya menggambarkan bahwa populasi komodo tergantung manusia dalam perkembangbiakannya. Komodo kecil akan berlindung di rumah manusia agar aman dari serangan komodo dewasa.

Baca Juga :  Soal Promosi Judi Online, Wulan Guritno Klaim Kalau Itu Isu Lama yang Diangkat Kembali

Dia berburu serangga dan hewan kecil lainnya (bukan tidak mungkin diberi makan). Baru kemudian setelah cukup besar dan dewasa (mampu bertahan) komodo tersebut akan pergi keluar dari rumah.

Salah satu peserta kegiatan, Nasywa Aurelia bertanya. Bagaimana rasanya liputan selama film selama ratusan hari dan apa yang paling berkesan dari pembuatan The Twins.

Yusuf Priambodo, kadang dipanggil Ucup. Pria lulusan Komunikasi Sekolah Vokasi IPB dan Fotografi FSMR ISI Yogyakarta ini menyatakan bahwa Ekspedisi ini merupakan mimpinya.

Walau sempat ragu karena harus meninggalkan istri dalam rentang waktu yang cukup lama. Namun pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan yang diperoleh lebih dari yang diharapkan. Sakit, lelah, takjub, rindu dan berbagai perasaan lainnya bercampur aduk.

Terkait dengan film The Twins, ada banyak kesan yang diperoleh. Tapi hidup berdampingan antara manusia dengan hewan purba merupakan hal yang tidak akan ada habisnya dieksplorasi. Begitulah Ucup menyampaikan.

Terakhir Sudarjat, Penasehat SYAIR menyampaikan bahwa Film ini adalah santapan bergizi untuk organisasi yang memiliki kepanjangan Smaruk Youth Action In Rights.

Orang muda perlu memahami Hak Asasi Manusia agar aksi-aksi nyatanya sesuai.

Berikut adalah ringkasan Film-film DRAGON FOR SALE (Serial Dokumenter)

#1 SAILING
Labuan Bajo di Flores bersolek menjadi tujuan wisata Super Premium. Hotel berbintang berjajar di sepanjang pantai dan kapal wisata kecil perlahan berganti Pinisi (hotel terapung).

Baca Juga :  Aktivis Lingkungan Kabupaten Bogor Ramaikan Hari Lahir Pancasila dan Hari Jadi Bogor Ke-542

Tapi ini justru menyulut mogok massal para pelaku wisata. Apa yang sedang terjadi?

#2 HIKING
Pulau Padar di Taman Nasional Komodo disebut “Pulau Instagram”, yang sebagian besar telah diserahkan ke investor. Mereka adalah sekutu politik penguasa di Jakarta.

Sementara di dataran Flores, hutan diratakan dan penduduk digusur untuk komplek wisata dan sumber listrik. Apa saja dampaknya?

#3 STAYCATION
Di Taman Nasional Komodo ada paket wisata yang disebut “open deck”. Ini konsep wisata berbasis komunitas yang dikelola dan dinikmati masyarakat.

Saat pandemi, ekonomi mereka lebih bertahan dibanding industri wisata. Apa resepnya?

#4 THE TWINS
Dengan alasan melindungi komodo, Pulau Komodo hendak ditutup dan warganya akan dipindah. Padahal berabad-abad mereka hidup dengan komodo. Benarkah reptil purba itu terancam oleh keberadaan manusia? Bagaimana dengan 200 ribu turis yang datang setiap tahun? Lalu setelah dipindah, siapa yang akan menguasai pulau itu?

#5 FAKE BALI
Dari Danau Toba sampai Raja Ampat akan disulap menjadi “10 Bali Baru”. Termasuk Labuan Bajo dan Mandalika di Lombok. Tapi ada harga yang harus dibayar warganya.

Tanah-tanah dirampas tanpa ganti rugi, dan pantai-pantai dikapling. Benarkah Bali bisa atau patut ditiru? (*)

<< SebelumnyaH Suryadi, Tokoh Pendiri Kota Tangsel Meninggal Dunia
Selanjutnya >>Stinky Dibayar Rp50 Juta Sekali Manggung, Pencipta Lagu Mungkinkah Cuma Dibayar Rp250 Juta

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini